Sabtu, 16 Juli 2016

Am I addicted with social media?


Beberapa tahun yang lalu kita telah memasuki zaman yang kaya akan kecanggihan teknologi. Zaman yang semakin modern dan dunia yang semakin berkembang dengan teknologinya. Teknologi yang paling tersorot beberapa tahun ini ialah teknologi komunikasi, karena begitu pesat kemajuannya. Dengan hadirnya berbagai fitur atau aplikasi di media social memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan siapa saja yang kita inginkan. Dari mulai aplikasi layanan chating, video call, upload foto, upload video dan lainnya dapat dengan mudahnya kita akses.

Untuk saya pribadi, saya merasa bahwa diri saya tergolong sebagai orang yang kurang bisa hidup tanpa media social terutama untuk aplikasi chating. Karena 90% saya berkomunikasi itu menggunakan layanan chating tersebut. Tetapi untuk media social seperti instagram, snapchat dan twitter masih bisa saya tinggalkan karena aplikasi-aplikasi tersebut tidak terlalu begitu penting bagi kebutuhan komunikasi saya.

Hargai proses hijrahnya seseorang!


Manusia memang tidak ada yang sempurna. Selalu tidak berkaca pada diri sendiri sebelum menilai orang lain. Selalu menolak kebenaran yang jelas-jelas sudah ada dan nyata kebenarannya. Selalu ingin berkomentar tentang apapun. Termasuk pada orang-orang yang sedang ingin kembali hijrah ke jalan yang benar. Salah satu contohnya adalah seorang wanita yang mulai mengenakan pakaian syari atau sesuai dengan syariat Islam yang sangat tertutup. Banyak sekali orang yang berkomentar. Entah itu positif ataupun negatif. Beberapa oknum manusia yang memberi tanggapan negatif rata-rata berkomentar “aneh, penampilannya ngga sesuai sama sikap”, “fanatik banget sih sampe-sampe kyk gitu penampilannya” dan komentar lainnya.
 Aneh... manusia memang aneh. Bukannya ikut senang apabila ada seseorang yang sedang mencoba untuk mematuhi peraturan yang Allah tetapkan, malah mencibir dan tidak menghargai proses hijrahnya seseorang.
Coba bayangkan saja apabila seseorang yang sedang berhijrah di olok-olok dan dicibir itu adalah diri kita sendiri. Cobalah bayangkan betapa sakitnya tidak hargai. Cobalah untuk menghargai seseorang yang sedang berhijrah, yang sedang bertaubat, yang sedang membenahi dirinya untuk menjadi lebih baik lagi.
Hijrah memang tidak mudah, sangat membutuhkan keyakinan dan komitmen yang kuat. Agar hijrahnya dapat berhasil dan tidak setengah-setengah.
Manusia memang tempatnya khilaf dan salah...
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kekurangan hanya milik kita semua, manusia.
Alangkah baiknya apabila semua manusia ingat kepada hakikatnya, dan kembali ke jalanNya..
Jalan kebenaran yang sudah benar-benar  jelas tertera dalam mukzizat yang Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad saw, pedomannya seluruh umat manusia terutama umat muslim yaitu Al-quran.
Ingat! Allah mencintai orang-orang yang bertaubat, maka dari itu mari kita dukung saudara-saudari kita yang sedang menempuh proses berhijrah....


Akankah kita menjumpai Idul Fitri 1438 H?


Idul fitri merupakan momen dimana kita sesama umat muslim saling berjabat tangan  meminta maaf satu sama lain dan berkumpul bersama sanak saudara yang jauh maupun dekat. Rasa sedih dan bahagia telah bercampur aduk menjadi satu. Rasa bahagia timbul karena menyambut hari kemenangan yang Fitri. Begitu juga rasa sedih yang terbesit karena harus berpisah dengan bulan penuh ampunan dan penuh rahmat yaitu bulan suci Ramadhan. Akankan kita bertemu lagi dengan bulan suci Ramadhan di tahun selanjutnya? Tentu kita sebagai umat muslim sangat ingin sekali menjumpai bulan nan Agung itu kembali. Belum tentu bulan suci Ramadhan yang selanjutnya masih bisa kita temui karena kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja. Tetapi kita sebagai umat manusia hanya dapat berharap dan berdoa supaya Allah SWT mempertemukan kita kepada bulan suci Ramadhan kembali.


1437H : Ramadhan yang Paling Menyedihkan

Bagaimana mungkin tidak menyedihkan? disaat orang lain menyibukan dirinya untuk memperbanyak amal ibadah di bulan suci ini, saya disibukan dengan perkuliahan yang masih berjalan dan beberapa tugas kuliah ditambah beberapa tugas take home untuk memenuhi ujian akhir semester enam ini. Sejenak hati ini memberontak, penuh dengan keluhan. Astagfirullah... astagfirullahaladzim... tapi jika di renungkan kembali, betapa lebih menyedihkannya lagi apabila diri- ini terus mengeluh dengan keadaan yang dihadapi saat ini, betapa tidak bersyukurnya saya kepada Allah swt. Disaat orang lain masih banyak yang tidak mampu untuk menempuh pendidikan, saya masih saja mengeluh hanya karena diberi tugas yang banyak. Padahal menuntut ilmu juga sebagian daripada ibadah.

Ramadhan ini masih begitu menyedihkan... menyedihkan karena masih belum bisa memanfaatkan bulan penuh rahmat ini dengan sebaik-baiknya.. belum bisa meraih pahala sebanyak-banyaknya. Masih hanya sekedar menjalankan yang wajib.. belum merambah untuk mementingkan yang sunnah... mohon maaf yaAllah... mohon izinkanlah hamba bertemu ramadhanMu di taun berikutnya, Aamiin...